Banjir akibat tanggul sungai jebol di Batu Bara sudah satu pekan dan meluas menggenangi 2.252 atau hampir sekitar 10 ribu jiwa korban banjir.
Sulit membayangkan kehancuran yang dialami manusia dan hewan yang menjadi korban banjir di Batu Bara, Indonesia. Banjir akibat jebolnya tanggul sungai sudah berlangsung lebih dari seminggu dan merembet hingga menggenangi 2.252 atau hampir 10.000 orang.
Banjir yang melanda kabupaten batu bara hingga saat ini menjadi perhatian serius pemerintah kabupaten batu bara, untuk itu pemkab batu bara pun telah menetapkan tanggap darurat bencana. Salah satu lokasi terparah yang terendam banjir berada di desa simpang gambus, kecamatan lima puluh. Di lokasi ini sedikitnya ada sekitar 250 rumah warga yang terendam yang menjadi korban banjir luapan sungai gambus dengan ketinggian banjir hampir mencapai 2 meter. Banjir yang melanda simpang gambus ini sudah terjadi sejak selasa sore lalu. Banjir disebabkan adanya tanggul yang jebol karena curah hujan tinggi di hulu sungai yang berada di kabupaten simanlungun.
Tanggapan Bupati Dan Kapolres Batu Bara Masalah Korban Banjir
Bupati Batu Bara Ir.h.Zahir, M.AP.,bersama Kapolres Batu Bara AKBP jose DC Fernandes dan sejumlah pejabat pemkab batubara lainnya pun turun langsung ke lokasi banjir untuk memastikan kondisi warga sambil menyalurkan bantuan bahan makanan kepada warga korban banjir, kamis (17/11/2022)
Bupati Zahir mengatakan Pemkab batubara sudah berkoordinasi dengan pemerintah provinsi sumatera utara untuk penanganan korban banjir di b atu bara. “Tadi saya sudah ngomong dengan pak gubernur karena ini merupakan sungai pusat dan pak gubernur radi mengatakan akan mengkosolidasikan dengan pemerintah pusat dan PSDA provinsi sumatera utara” sebut bupati Zahir.
Bupati Zahir menambahkan, saat ini pemkab batubara sudah menyiapkan posko-posko pengungsian, posko kesehtan dan dapur umum untuk penangan para korban banjir. Pemkab Batubara juga sudah menetapkan tanggap darurat bencana korban banjir. Berdasarkan data BPBD batu bara, korban banjir yang terjadi dalam beberapa hari terakhir telah berdampak pada 1,200 kepala keluarga yang tersebar di 3 kecamatan yaitu kecamatan lima puluh, kecamatan lima puluh pesisir dan kecamatan sei suka.
Akibat banjir Warga pun mulai mengeluhkan berbagai penyakit.Dinas Kesehatan Kabupaten Batu Bara sejak Rabu (16/11) kemarin telah mendirikan dua pos pengecekan kesehatan di desa Simpang Gambus dan desa Gambus Laut. “Dari dua posko kita sudah beberapa hari ini di data sudah hampir 600 orang yang mengeluh sakit. Itu kalau sudah korban banjir begini keluhannya paling banyak gatal-gatal, diare dan demam,” kata Kepala Dinas Kesehatan Batu Bara, dr Wahid Khusyairi kepada wartawan saat di konfirmasi di Posko Kesehatan pengungsian, Senin (21/11/2022).
Ia mengatakan pasien yang datang tersebut didominasi anak-anak dan wanita. Mereka yang mengeluhkan sakit tersebut langsung diberi obat-obatan. Hal ini memang kerap terjadi apalagi memasuki Minggu ke dua banjir. “Ratusan Warga Korban Banjir di Batu Bara Keluhkan Gatal dan Diare”
Ratusan warga Batu Bara di Indonesia Yang menjadi korban banjir mengeluhkan gatal-gatal dan diare. Dokter percaya penyebabnya adalah karena minum air dari sumur kota yang terkontaminasi. Ini bukan situasi yang terisolasi karena sekitar 200 orang di desa tetangga menderita gejala yang sama.
“Masalah kesehatan ini memang menjadi perhatian Pemkab. Sekarang stok obat-obatan cukup. Untuk balita juga kita ada diberikan makanan tambahan, ” katanya.Sementara di hari yang sama Bupati Batu Bara, Zahir turut meninjau perkembangan arus air dan jalur sungai yang telah dibersihkan di bendungan Tanjung Muda, Kecamatan Air Putih, Batu Bara bersama BPBD dan Balai Wilayah Sungai (BWS).
Distribusi makanan telah menjadi masalah di seluruh dunia, dengan peningkatan jumlah orang dan berkurangnya lahan yang tersedia untuk menanam makanan, hal ini semakin diperparah. Program Pangan Dunia memperkirakan ada 815 juta orang kelaparan di dunia saat ini – sebanyak satu dari sembilan orang di planet ini.
“Masalah bendungan ini tidak hidup pintunya, sudah lama rusak. Sehingga pembagian airnya tidak bisa diatur. Kita sudah mohonkan kepada pemerintah pusat untuk membantu menyelesaikan masalah ini karena masyarakat jadi korban banjir. Anggaran daerah pun terbatas,” tulis Zahir dalam keterangannya.